Jakarta - Hari pertama perempatfinal Liga Champions
akan mempertemukan empat tim yang sedang memuncaki klasemen liga
negaranya masing-masing. Bundesliga mengirimkan Bayern Munich, Serie-A
dengan Juventus, Ligue 1 memiliki Paris Saint Germain, dan La Liga
diwakili Barcelona.
Di masing-masing liga, keempat tim ini
memiliki jarak yang cukup jauh dengan para pesaingnya di peringkat dua
(jarak paling kecil PSG - Marseille, terpaut 7 poin). Karena itu, tidak
aneh jika masing-masing tim mengeluarkan pemain intinya pada
pertandingan ini, dan menyimpan tenaga di liga lokal.
Apalagi
pada pertandingan terakhir tidak ada dari keempat tim ini yang mengalami
kekalahan. PSG, Juventus, dan Bayern berhasil memetik kemenangan,
sementara Barcelona tidak meraih hasil maksimal karena imbang lawan
Celta Vigo 2-2 di kandang lawan. Namun, dengan jarak 13 poin dengan Real
Madrid di peringkat ke-2, Barcelona punya cukup amunisi di liga untuk
juga berkonsentrasi di Liga Champion.
Bayern Munich vs JuventusWalau
tidak memiliki sejarah rivalitas panas, penguasa liga Jerman dan Italia
ini akan bertarung dengan mengusung misi lain: memperebutkan poin
koefisien Eropa. Memang, pada 2010 Italia pertama kalinya kehilangan
satu spot Liga Champions dan terpaksa menyerahkannya pada Bundesliga.
Jerman kini berada di peringkat ketiga di Eropa, di belakang Spanyol dan
Inggris, dan berhak mengirimkan empat wakilnya ke Liga Champions.
Juventus,
yang kini jadi satu-satunya wakil Italia di kompetisi ini, tentu tak
ingin pulang dari kota Munich dengan tangan hampa. Menang, imbang, atau
bahkan hanya sekedar mencetak gol tandang, berarti peluang untuk lolos
ke babak selanjutnya dan menambah pundi-pundi koefisien akan semakin
tinggi. Sementara Bayern tentu ingin mempertahankan superioritas
Bundesliga atas Serie A tersebut.
Terlepas dari perebutan
koefisien ini, pertarungan antara Bayern dan Juventus akan jadi
pertarungan yang menarik, terutama dilihat dari segi kemiripan taktikal.
Walau
bermain dengan formasi berbeda [Bayern dengan 4-2-3-1 dan Juventus
3-5-2] kedua tim memiliki gaya bermain yang sama. Baik tuan rumah maupun
tim tamu mengandalkan passing-passing pendek dan penguasaan bola di
sepertiga lapangan akhir dalam menggedor pertahanan lawan. Bahkan dari
total
passing yang dilakukan kedua tim, persentase
passing pendek yang dimiliki kedua tim hampir sama. Bayern dengan 84%
passing pendek (dari total
passing) dan Juventus dengan 83%.
Ketergantungan Bayern dan Juventus pada
passing pendek ini juga terlihat dari minimnya
dribble
yang dilakukan oleh keduanya. Dari 8 tim yang masih tersisa, Juventus,
Galatasary, dan Bayern jadi tiga tim yang paling jarang mengalirkan bola
dengan cara
dribble. Juventus hanya rata-rata melakukan 4,6
dribble tiap pertandingan, sementara Galatasary 5,8
dribble/game dan Bayern 6,8
dribble/game.
Kemiripan cara bermain Bayern-Juventus ini juga berlanjut ke areal di mana serangan (
attempts/shot on target) dilancarkan. Keduanya memang sering mengandalkan tendangan-tendangan dari areal tengah lapangan.
Untuk
Juventus, hal ini akan jadi bahaya. Hingga babak 16 besar usai, mereka
kini jadi tim kedua yang paling sering memberikan kesempatan pada
lawannya untuk melakukan
attempts dari tengah lapangan.
Walau
keduanya sering melakukan percobaan ke arah gawang dari tengah
lapangan, Bayern dan Juventus sendiri memiliki cara yang berbeda dalam
menggiring bola ke areal tengah pertahanan lawan.
Juventus dengan
trio Marchisio-Pirlo-Vidal menggunakan areal lapangan secara merata,
karena ketiganya fasih dalam mendistribusi bola atau memberikan umpan
pada penyerang di depan. Bahkan trio lini tengah ini menjadi penyumbang
assist terbanyak saat Juventus berlaga di Liga Champions. Pirlo dan Marchisio sama-sama telah memberikan 3
assist, sedangkan Vidal membuat 2
assist.Satu
hal lagi yang harus diantisipasi oleh Bayern Muenchen dari trio lini
tengah Juventus ini adalah perihal umpan terobosan akurat. Bersama
dengan Barcelona,
La Vecchia Signora jadi tim yang paling sering memberikan
throughball tiap pertandingan, yaitu rata-rata 8 per game. Pirlo dan Vidal menyumbang 6
throughball/game, sementara Marchisio 3
throughball/game.Sementara
di Bayern Munich, hanya Frank Ribery dan Toni Kroos jadi pemain yang
paling sering memberikan umpan terobosan. Masing-masing melancarkan 8
throughball/game, namun dengan akurasi hanya 10%. Bandingkan dengan Pirlo, Vidal, dan Marchisio yang memiliki akurasi berkisar 40%-50%.
Jika
angka akurasi umpan terobosan Bayern terlihat kecil, itu dikarenakan
mereka memang membangun serangan dengan cara yang berbeda dengan "Si
Zebra".
Melalui Ribery, Robben, Lahm, dan Tony Kroos, atau
Mueller, klub yang diarsiteki Jupp Heyckness ini lebih sering
mendominasi lewat sayap. Bahkan
Die Roten rata-rata melancarkan
30 kali umpang silang tiap pertandingannya, paling tinggi di antara
kedelapan tim yang bertanding di perempatfinal.
Dalam diri Ribery atau Robben, Heyckness juga memiliki dua orang
winger
yang fasih bermain di dua sisi lapangan. Karena itu, keduanya bisa
diinstruksikan baik untuk bermain dekat sisi lapangan, atau bermain
sebagai
inverted winger dan menusuk masuk untuk menguji Gianluigi Buffon dengan tendangan langsung.
Selain
Ribery, Robben, atau Muller, Juventus sendiri harus mewaspadai
pergerakan Philip Lahm di sayap kanan. Bek kiri ini telah memberikan 4
assist bagi Bayern di Liga Champions, tertinggi diantara pemain lainnya.
Satu
faktor lain yang bisa dimanfaatkan Bayern adalah peluang dari bola-bola
mati. Tercatat 5 gol yang telah dicetak oleh Bayern Muenchen dari
situasi dead ball, tertinggi diantara tim lainnya.
Prediksi line-up Bayern
Munich: M. Neuer; P. Lahm, J. Boateng, Dante, D. Alaba; J. Martinez, B.
Schweinsteiger; T. Muller, T. Kroos, F. Ribery; M. Mandzukic
Juventus:
G. Buffon; A. Barzagli, Leonardo Bonucci, G. Chiellini; Lichtsteiner,
A. Vidal, Andrea Pirlo, C. Marchisio, K. Asamoah; Mirko Vucinic,
Alessandro Matri