Senin, 28 Januari 2013
REVOLUSI MODE ASIA
Model di pergelaran China Fashion Week pada awal Januari lalu. Sebanyak 40 merek lokal berpartisipasi di pekan mode yang digelar di Beijing.
China semakin bersolek di panggung mode dunia. “Identitas” China sebagai pusat plagiarisme mode perlahan memudar tergantikan napas high-end fashion yang semakin mengemuka.
Perubahan wajah fashion China tersebut dipicu tumbuhnya permintaan pasar domestik terhadap produk mewah produksi dalam negeri,selain tingginya animo pasar terhadap produk mewah yang ditawarkan merek asing.Firma analisis pasar global McKinsey memprediksi terjadi peningkatan signifikan di pangsa pasar China terhadap produk mewah,dari 12% pada 2012 menjadi 22% pada 2015.
Prediksi tersebut tentu saja bukan pepesan kosong,apalagi jika melihat antusiasme khalayak mode Negeri Tirai Bambu yang menghadiri agenda mode enam bulanan, China Fashion Week.Pekan mode yang berlangsung selama delapan hari di Beijing tersebut menampilkan koleksi dari ratusan desainer domestik China dan rumah mode internasional.
Gelaran China Fashion Week yang didukung Mercedes-Benz sebagai sponsor,tidak hanya mendemonstrasikan tren terbaru di atas catwalk,melainkan menunjukkan kekuatan mode China dari segi desain dan branding.Lebih dari 40 merek lokal berpartisipasi, berbagi panggung dengan para desainer papan atas China,termasuk Wang Yutao yang tahun lalu menerima penghargaan di ajang Berlin Fashion Week.
Di atas catwalk,identitas lama China sebagai pusat plagiarisme mode dan negara manufaktur menguap.Para desainer muda yang semakin banyak bermunculan selama beberapa tahun terakhir menunjukkan kepiawaian mereka mengolah bahan dan bermain teknik,yang sekaligus memperlihatkan wajah baru industri mode China.
Kendati koleksi yang disajikan masih lebih bernapas kostum dibanding couture,Beijing mulai menunjukkan kekuatannya sebagai fashion capital di Asia, menyusul Hong Kong,Tokyo,dan Singapura,yang sudah lebih dulu menetapkan peringkat mereka. Para desainer Beijing memang tidak menutup mata terhadap jalan panjang yang masih harus mereka tempuh guna mencapai predikat sebagai kota mode, apalagi ditambah anggapan mengenai China sebagai pusat plagiarisme yang masih banyak beredar.
Hu Sheguang,desainer Beijing yang berpengalaman selama 25 tahun di Eropa mengatakan, jalan Beijing dan industri mode China secara keseluruhan memang masih panjang,namun langkah menuju kota mode Asia bukanlah hal mustahil.“Terlebih saat ini,ketika ekonomi Amerika dan Eropa tengah tersendat,negaranegara Asia justru bisa lebih menonjol,”kata dia.
Alasan itu juga yang membuat Hu mengambil latar belakang krisis finansial Eropa dan Amerika Serikat sebagai inspirasi bagi koleksinya.“Krisis finansial di Eropa dan Amerika sangat berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat di sana,saya menunjukkannya melalui koleksi bertema dark,”papar Hu,yang menyatakan dirinya memilih kembali ke Beijing karena dia percaya industri mode Beijing akan semakin maju beberapa tahun ke depan.“Saya optimistis.China punya banyak desainer berbakat,”imbuhnya.
Pendapat Hu dipertegas dengan koleksi-koleksi yang ditampilkan para desainer, terutama mereka yang masuk dalam jajaran perancang muda. Tahun lalu ajang China Fashion Week hanya mempertunjukkan koleksi dari dua sekolah mode dalam kompetisi desain yang bertujuan mencari talenta baru. Tahun ini terdapat enam sekolah mode yang berpartisipasi.
Li Danggi,Ketua China Association of Fashion Design menyebutkan, China Fashion Week diharapkan bisa menjadi gerbang, terutama bagi desainer muda dan pengusaha mode pemula untuk mengembangkan bakat dan bisnis mereka. “Pekan mode menjadi semacam panggung ujian bagi para desainer muda dan pengusaha mode pemula untuk mengasah dan memperkuat label mereka,”kata dia.
Sementara itu,Wakil Presiden China Association of Fashion Designers Li Yuanfeng mengatakan, pekan mode merupakan platform yang tepat bagi desainer muda untuk menunjukkan kreativitasnya kepada komunitas fashion. lesthia kertopati
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar